Tulungagung, 14 juni 2025 — Media Suara Rakyat Indonesia (MSRI) resmi menapaki usia satu tahun dengan menggelar peringatan HUT perdana yang berlangsung pada 5–6 Juli 2025 di Tulungagung. Momen ini bukan hanya selebrasi semata, tetapi juga bentuk penguatan komitmen MSRI sebagai media yang konsisten menyuarakan aspirasi rakyat di tengah tantangan dan dinamika dunia jurnalistik.
Sebagai media yang lahir di era digital yang kompetitif, MSRI hadir membawa semangat baru: menjadi sumber informasi yang Perspektif, Akurat, dan Terpercaya. Di tengah arus informasi yang begitu deras dan tekanan kepentingan yang kadang mengintimidasi independensi pers, MSRI berdiri dengan teguh membawa nilai keberpihakan kepada publik.
Slamet Pramono, selaku Direktur Utama PT. Media Suara Rakyat Nasional sekaligus Pemimpin Redaksi MSRI, menyatakan bahwa satu tahun pertama adalah bukti keteguhan dan kerja kolektif tim redaksi untuk terus berada di jalur profesionalisme dan integritas.
“Kami tidak mengejar sensasi, tapi substansi. MSRI hadir bukan untuk sekadar menjadi media massa, tetapi sebagai wadah perjuangan aspirasi rakyat dan penguat solidaritas di antara sesama jurnalis,” ujar Slamet yang akrab disapa Bram.
Selama setahun terakhir, MSRI telah memproduksi ratusan berita dan artikel yang mengangkat isu-isu rakyat kecil, kebijakan pemerintah, hingga pengawasan sosial dengan pendekatan yang kritis namun berimbang. Capaian ini menjadi bukti bahwa di tengah tekanan model bisnis media yang fluktuatif, masih ada ruang bagi idealisme dan integritas jurnalistik.
Perayaan ulang tahun ini turut diisi dengan diskusi media bertema “Solidaritas Pers dan Konsistensi di Era Disrupsi”, menghadirkan jurnalis senior, aktivis literasi media, dan perwakilan organisasi pers. Selain itu, acara ini juga menjadi ruang silaturahmi antar media lokal dan nasional yang hadir memberikan dukungan moral.
Slamet menegaskan bahwa perjalanan MSRI baru dimulai. Konsistensi akan terus dijaga, dan nilai solidaritas antar media akan menjadi napas bersama dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan. Ia juga mengajak media lain untuk saling menguatkan, karena menjaga marwah jurnalistik bukan tugas satu redaksi saja, tapi tanggung jawab bersama.
“Yang bertahan bukan yang paling keras bersuara, tapi yang paling setia pada nilai,” tutupnya.(Yud)