Surabaya,– Rencana Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, menambah hutang daerah hingga mencapai angka triliunan rupiah memicu kemarahan warga. Arek-arek Suroboyo, mahasiswa, dan aktivis pergerakan sepakat turun jalan secara serentak pada 25 September 2025 untuk menuntut lengsernya sang Walikota.
Menurut Gus Har, Pengurus Paguyuban Arek Suroboyo, langkah Eri Cahyadi bukan hanya kebijakan ceroboh, tapi juga bentuk pengkhianatan terhadap amanah rakyat.
“Surabaya ini bukan milik segelintir birokrat. Apa yang dilakukan Eri Cahyadi adalah keputusan nekat, penuh kejanggalan, dan jelas-jelas menyengsarakan rakyat. Hutang triliunan itu bukan solusi, tapi jebakan,” tegasnya.
Gus Har menilai Eri Cahyadi bersembunyi di balik dalih pembangunan infrastruktur. Padahal, APBD Surabaya sudah cukup jika dikelola dengan benar. “Jangan paksa rakyat menanggung hutang. Kalau tidak bisa bekerja jujur, mundurlah. Jangan tunggu rakyat makzulkan,” ujarnya.
Lebih jauh, Gus Har mencium adanya kepentingan birokrasi dan kelompok tertentu yang ingin memanfaatkan hutang tersebut. “Negara ini sudah terlalu banyak hutang. Jangan biarkan Surabaya ikut-ikutan. Kami tidak rela Arek Suroboyo dijadikan korban permainan politik dan kepentingan elit,” tambahnya.
Yanto Banteng juga menegaskan bahwa Eri Cahyadi sudah tidak layak memimpin Surabaya.
“Eri Cahyadi adalah bagian dari pejabat yang bersifat dobolisasi bin tololisasi. Untuk itulah, wajib kita lengserkan. Selain itu, Eri Cahyadi wajib kembalikan hutang di Bank Jatim. Kami, Arek Suroboyo, tidak mau dibebani hutang yang bukan kesalahan kami,” pungkasnya.
Aksi 25 September 2025 dipastikan akan menjadi aksi damai terbesar sepanjang tahun. Ribuan massa siap mengepung Balai Kota dan titik-titik strategis di Surabaya, menegaskan tuntutan: Eri Cahyadi mundur atau dilengserkan. (Red)






