Dispendik Surabaya Dorong Penggunaan Krama Inggil Lewat Modul dan Lomba

Surabaya – 07 Juni 2025 Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya terus berkomitmen memperkuat pelestarian budaya lokal dengan mendorong penggunaan Bahasa Jawa, khususnya Krama Inggil, di lingkungan sekolah. Upaya ini diwujudkan melalui penyusunan modul ajar khusus serta penyelenggaraan berbagai lomba berbahasa Jawa bagi siswa.

Langkah tersebut sejalan dengan amanat Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 17 Tahun 2025 yang menetapkan Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran muatan lokal wajib di semua jenjang pendidikan dasar, mulai dari TK hingga SMP.

Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh, menyatakan bahwa Krama Inggil akan diintegrasikan secara sistematis dalam modul ajar Bahasa Jawa. “Kami ingin Bahasa Jawa tidak hanya diajarkan, tetapi juga dipraktikkan. Karena itu, modul ajar kami akan memuat materi yang mendorong komunikasi aktif siswa dalam Krama Inggil,” jelasnya.

Modul Ajar Disiapkan Bersama Pakar dan Guru Daerah

Untuk menyusun materi yang tepat sasaran, Dispendik menggandeng Balai Bahasa Jawa Timur, Universitas Negeri Surabaya (UNESA), serta Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa dari tiga daerah: Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo.

Sebanyak 24 guru (12 dari SD dan 12 dari SMP) ditunjuk menjadi tim penyusun sekaligus tim sosialisasi modul ajar. Mereka telah mengikuti pelatihan intensif di Balai Bahasa pada 24–26 Juni 2025 untuk menyusun bahan ajar yang sesuai dengan pendekatan budaya lokal dan pedagogi modern.

Lomba-Lomba Bernuansa Bahasa Jawa Diperbanyak

Dispendik Surabaya Dorong Penggunaan Krama Inggil Lewat Modul dan Lomba

Surabaya – Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya terus berkomitmen memperkuat pelestarian budaya lokal dengan mendorong penggunaan Bahasa Jawa, khususnya Krama Inggil, di lingkungan sekolah. Upaya ini diwujudkan melalui penyusunan modul ajar khusus serta penyelenggaraan berbagai lomba berbahasa Jawa bagi siswa.

Langkah tersebut sejalan dengan amanat Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 17 Tahun 2025 yang menetapkan Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran muatan lokal wajib di semua jenjang pendidikan dasar, mulai dari TK hingga SMP.

Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh, menyatakan bahwa Krama Inggil akan diintegrasikan secara sistematis dalam modul ajar Bahasa Jawa. “Kami ingin Bahasa Jawa tidak hanya diajarkan, tetapi juga dipraktikkan. Karena itu, modul ajar kami akan memuat materi yang mendorong komunikasi aktif siswa dalam Krama Inggil,” jelasnya.

Modul Ajar Disiapkan Bersama Pakar dan Guru Daerah

Untuk menyusun materi yang tepat sasaran, Dispendik menggandeng Balai Bahasa Jawa Timur, Universitas Negeri Surabaya (UNESA), serta Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa dari tiga daerah: Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo.

Sebanyak 24 guru (12 dari SD dan 12 dari SMP) ditunjuk menjadi tim penyusun sekaligus tim sosialisasi modul ajar. Mereka telah mengikuti pelatihan intensif di Balai Bahasa pada 24–26 Juni 2025 untuk menyusun bahan ajar yang sesuai dengan pendekatan budaya lokal dan pedagogi modern.

Lomba-Lomba Bernuansa Bahasa Jawa Diperbanyak

Selain penyusunan modul, Dispendik Surabaya juga menyiapkan rangkaian lomba antarsekolah sebagai media penguatan penggunaan Bahasa Jawa di lingkungan siswa. Lomba-lomba tersebut meliputi cerpen, pidato, mendongeng, komedi tunggal, menembang, menulis puisi, hingga menulis aksara Jawa.

Yusuf menyebut lomba bukan sekadar ajang adu prestasi, tetapi juga sebagai sarana membiasakan siswa menggunakan Bahasa Jawa dalam konteks yang menarik dan menyenangkan.

Sinergi Lintas Wilayah dan Pemantauan Berkelanjutan

Program revitalisasi ini tidak dijalankan sendiri. Dispendik Surabaya berkolaborasi dengan pemerintah daerah Gresik dan Sidoarjo, serta Balai Bahasa Jawa Timur, untuk menandatangani komitmen bersama dalam pelestarian Bahasa Jawa. Komitmen tersebut disaksikan langsung oleh Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra dari Kemendikbudristek.

Sebagai bagian dari pengawasan, Balai Bahasa akan mendampingi proses implementasi di lapangan melalui pemantauan jurnal dan pengumpulan hasil modul ajar. Grup komunikasi khusus pun akan dibentuk untuk memastikan kelancaran koordinasi antarinstansi dan para guru pelaksana.

Langkah Progresif Tanpa Uji Coba

Meski tidak melalui program percontohan menyeluruh, Dispendik memastikan bahwa pelatihan khusus untuk guru telah disiapkan. “Pelatihan ini bertujuan memberikan pemahaman teknis terkait metode pengajaran dan penggunaan modul, yang nantinya akan diimbaskan oleh tim guru kepada rekan-rekan mereka di sekolah masing-masing,” pungkas Yusuf.

Dengan berbagai langkah strategis tersebut, Dispendik Surabaya optimistis penggunaan Krama Inggil akan semakin membumi dan menjadi bagian dari keseharian siswa Surabaya.

elain penyusunan modul, Dispendik Surabaya juga menyiapkan rangkaian lomba antarsekolah sebagai media penguatan penggunaan Bahasa Jawa di lingkungan siswa. Lomba-lomba tersebut meliputi cerpen, pidato, mendongeng, komedi tunggal, menembang, menulis puisi, hingga menulis aksara Jawa.

 

Yusuf menyebut lomba bukan sekadar ajang adu prestasi, tetapi juga sebagai sarana membiasakan siswa menggunakan Bahasa Jawa dalam konteks yang menarik dan menyenangkan.

 

Sinergi Lintas Wilayah dan Pemantauan Berkelanjutan

 

Program revitalisasi ini tidak dijalankan sendiri. Dispendik Surabaya berkolaborasi dengan pemerintah daerah Gresik dan Sidoarjo, serta Balai Bahasa Jawa Timur, untuk menandatangani komitmen bersama dalam pelestarian Bahasa Jawa. Komitmen tersebut disaksikan langsung oleh Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra dari Kemendikbudristek.

 

Sebagai bagian dari pengawasan, Balai Bahasa akan mendampingi proses implementasi di lapangan melalui pemantauan jurnal dan pengumpulan hasil modul ajar. Grup komunikasi khusus pun akan dibentuk untuk memastikan kelancaran koordinasi antarinstansi dan para guru pelaksana.

Langkah Progresif Tanpa Uji Coba

Meski tidak melalui program percontohan menyeluruh, Dispendik memastikan bahwa pelatihan khusus untuk guru telah disiapkan. “Pelatihan ini bertujuan memberikan pemahaman teknis terkait metode pengajaran dan penggunaan modul, yang nantinya akan diimbaskan oleh tim guru kepada rekan-rekan mereka di sekolah masing-masing,” pungkas Yusuf.

Dengan berbagai langkah strategis tersebut, Dispendik Surabaya optimistis penggunaan Krama Inggil akan semakin membumi dan menjadi bagian dari keseharian siswa Surabaya.(Yud)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *