Yordan M. Bataragoa: Plt Ketua PDIP Surabaya dengan Gaya Hidup Sederhana, Tantangan Besar Menanti

Surabaya – Pasca sanksi nonaktif terhadap Adi Sutarwijono dan Ahmad Hidayat, DPD PDIP Jawa Timur menunjuk Yordan M. Bataragoa sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPC PDIP Surabaya. Penunjukan ini menjadi sorotan publik, bukan hanya karena dinamika internal “kandang banteng”, tetapi juga karena sosok Yordan yang dikenal sederhana, merakyat, sekaligus memiliki rekam jejak politik yang unik.

Kesederhanaan yang Jarang Dimiliki Politisi
Malam sebelum pelantikan DPRD Jawa Timur, Yordan kepergok menunggu taksi online di pinggir Jalan Tunjungan. Seorang anggota dewan naik Grab? Ya, itulah Yordan. Kesahajaan ini kontras dengan kebiasaan sebagian pejabat yang mengandalkan mobil dinas dan pengawalan ketat.

Ia tidak segan hadir sendiri tanpa pengawalan, “moro-moro njugug” ke lokasi kegiatan, bahkan tak canggung tidur di ruang sederhana yang dindingnya rapuh. Kesederhanaan inilah yang membuat masyarakat menilai Yordan bukan tipe pejabat bermental korup.

Jejak Politik: Dari PAW hingga Suara Tertinggi
Karier Yordan di DPRD Jatim berawal dari mekanisme Pergantian Antar Waktu (PAW) menggantikan Armuji yang pindah ke eksekutif. Banyak yang menyebut hal itu sekadar keberuntungan, namun di Pemilu berikutnya ia membuktikan kapasitasnya dengan meraih suara tertinggi di internal PDIP Surabaya, meski tren suara partai menurun.

Prestasi ini menegaskan bahwa Yordan tidak hanya “kebetulan terpilih”, melainkan memang memiliki basis konstituen yang solid, hasil dari kesabaran dan pendekatan sederhana yang menyentuh rakyat kecil.

Gen Nasionalis, Warisan dari Ayah
Yordan bukan orang baru di lingkaran PDIP. Sang ayah, Bataragoa senior, juga pernah menjadi pengurus DPD PDIP Jatim. Dengan latar belakang Marhaenis–Sukarnois, Yordan mewarisi darah nasionalis yang kental, meneguhkan posisinya sebagai kader ideologis, bukan sekadar politisi instan.

Tantangan di Kandang Banteng Surabaya
Kini, Yordan dihadapkan pada tantangan besar: menjaga soliditas internal DPC PDIP Surabaya. Ia mencoba membangun pola kepemimpinan kolektif-kolegial, di mana setiap pengurus saling bahu-membahu tanpa ada figur yang terlalu dominan.

Suasana sekretariat DPC kini terasa lebih adem dan inklusif, meski tidak bisa dipungkiri, dinamika politik Surabaya selalu penuh kejutan.

Reses yang Dinanti Konstituen
Agenda reses Yordan dikenal berbeda. Ia tidak hanya mengumpulkan warga di balai RT/RW, tetapi juga memberi sentuhan khusus, bahkan menggelar pertemuan di hotel dengan jamuan prasmanan. Konstituen merasa dihargai, bukan sekadar “pemberi suara lima tahunan”.

Di tengah kondisi politik yang kerap dianggap transaksional, cara Yordan mendekati rakyat memberi kesan politik yang humanis.

Menatap Arah PDIP Surabaya
Publik kini menunggu, apakah Yordan hanya sekadar Plt transisi atau justru mampu membuktikan diri sebagai figur yang layak memimpin PDIP Surabaya secara definitif.

Satu hal yang jelas: gaya kepemimpinan sederhana, merakyat, dan kolektif yang ia tunjukkan bisa menjadi modal besar bagi PDIP di Surabaya. Namun, politik selalu penuh kemungkinan. Aturan partai bisa berubah, dan keputusan final tetap berada di tangan DPP PDIP.

“Yang protes, minggir. Ini partai demokrasi, tapi keputusan partai tetap yang paling demokratis,” begitu suara kader banteng yang menggambarkan realitas keras di internal partai.

✍️ Yanto Banteng
Rahayu – Nuwun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *